Menyiapkan Keluarga Masa Depan - Na-Ra »»Blog Nabila Rahma ««

Breaking

BANNER 728X90

01 May 2011

Menyiapkan Keluarga Masa Depan

Ayah bunda lupa si buah hati kelak akan menjadi orang tua juga.

Angka perceraian di Indonesia menempati urutan pertama di Asia Pasifik dan negara dunia Islam. Data yang dikeluarkan Dirjen Bimas Islam Departemen Agama 2007, hingga kini masih tetap bisa membuat kita tercengang. ‘’Tujuh puluh persen adalah istri yang menggugat cerai. Faktor utamanya, bukan masalah ekonomi melainkan perselingkuhan,’’ kata Elly Risman

Mengapa angka perceraian ini tinggi? Elly dengan tegas menyebut orang tua yang tidak menyiapkan anak-anaknya untuk menjadi suami atau istri yang baik ada di belakang fenomena itu. Target pengasuhan orang tua selama ini sangat umum, anak menjadi sarjana, bekerja, dan menjadi orang kaya. ‘’Tak tebersit ingin membentuk anak-anak yang kelak menjadi suami atau istri yang baik,’’ katanya dalam workshop Menghantar Anak Kita Menikah di Jakarta, Rabu (27/4).

Pengasuhan
Kurangnya persiapan inilah yang membuat mereka sulit ketika memasuki kehidupan berumah tangga. Perhatikan saja, tak sedikit suami yang memilih pergi ketika ada konflik dengan istri. Rasa empatinya kurang. Suami tidak bertanggung jawab, kurang mandiri, tidak bisa menyelesaikan urusan rumah tangga.

Demikian juga dengan istri, masih banyak yang tidak terampil menangani urusan domestik. Pengelolaan keuangan tidak becus, mengurus anak-anak tidak terampil dan lainnya. Melihat kenyataan ini, betapa sulitnya mencarikan pasangan yang baik untuk anak-anak kelak.

Elly lantas mengutip sindrom peter pan dari Dan Kiley lewat bukunya The Peter Pan Syndrome, Men Who Have Never Grown Up. Peter Pan adalah tokoh cerita dari novel JM Barrie dari Skotlandia (1860-1937). Yakni, seorang bocah lelaki nakal yang takut kehilangan masa kanakkanaknya yang menyenangkan, menolak menjadi dewasa. Di sisi seberang, ia menyebut cinderella complex. Suatu keinginan perempuan untuk diselamatkan dan dibahagia kan‘sang pangeran’.

Anak-anak dengan karakter tersebut, jelas Elly, adalah anak-anak yang dimanjakan, selalu dilimpahi kenyamanan dari orang tuanya. Ia mencontohkan beberapa kejadian yang ‘umum’. Ibu tergopoh-gopoh mengantarkan keperluan anak ke sekolah karena sang anak lupa membawanya. Orang tua yang merepotkan diri mengerjakan tugas sekolah anaknya. Contoh-contoh seperti itu merenggut banyak hal dari anak. Mulai dari keterampilan hingga konsep dirinya sebagai orang yang mampu mengerjakan sesuatu sendiri.

Empat hal utama
Orang tua, kata Elly Risman, harus berupaya menyiapkan anaknya untuk kelak menjadi suami dan istri yang baik. ‘’Anak laki-laki banyak tanggung jawabnya,’’ katanya. Si buyung harus disiapkan menjadi anak yang saleh, pemimpin dirinya sendiri, istri, anak, ibu, saudara-saudaranya, dan orang di sekitarnya.

‘’Tanamkan jiwa mandiri, bertanggung jawab, memiliki rasa empati, sayang, terampil, dan mau melakukan pekerjaan rumah,’’ kata Elly.

Yang kerap terjadi, anak lelaki malah lebih dimanjakan daripada anak perempuan. Anak perempuan, jelas psikolog tamatan Universitas Indonesia ini, kelak harus menjadi orang yang saleha, bisa menjaga diri dan bertanggung jawab atas anak-anak di belakang suami..

Anak-anak perempuan, kata Elly, sudah harus dilibatkan dalam urusan rumah tangga –membersihkan rumah, memasak, dan lainnya-, dan harus memiliki keterampilan.

Anak-anak diajarkan mengelola keuangan, minimal uang sakunya. Ini semua tidak bisa instan tetapi harus dipersiapkan sejak dini. Persiapan lainnya, anak perempuan harus diajarkan mengatur emosi, mengenakan pakaian yang sopan. bisa menjaga diri, dan merawat diri serta kesehatan reproduksinya.

Elly melihat empat hal utama yang diperlukan dalam membina rumah tangga. Keempat hal ini, menurut psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati ini, harus disiapkan dan ditanamkan sejak dini.

Pertama, anak harus mengetahui yang baik dan yang buruk. Orang tua, katanya, harus menanamkan agama dalam diri anak. ‘’Kalau anak sibuk sekolah, PR, les, ayah bunda sibuk cari uang untuk membiayainya, kapan mengenalkan Allah?’’ katanya. Nilai agama ini akan menjadi fondasi yang kuat bagi anak kelak.

Kedua, anak harus memiliki konsep diri yang bagus. Anak percaya diri bisa melaku kan tugas dan kewajibannya. Hal ini harus dilatihkan sejak kecil dengan mulai melakukan tugas yang ringan sehingga membangun rasa kompetensi anak. ‘’Ja ngan sedikit-sedikit, sini Nak, Mama kerjakan,’’ kata ibu tiga anak yang telah me ngem bangkan modul pelatihan bagi para orang tua untuk mempersiapkan keterampilan sang buah hati menuju perkawinan sejak dini itu.

Ketiga, anak harus dilatih berpikir kritis. Dengan kemampuan ini, anak tak akan mudah terbawa arus yang melanda dari luar. Orang tua penting mengajarkan penggunaan akal sehat pada sang anak.

Keempat, anak harus mandiri dan bertanggung jawab. Orang tua penting mengajarkan anak melakukan segala sesuatu sendiri dan secara bertahap dilatih mengambil keputusan sendiri. Setelah itu, orang tua pun harus ‘tega’ membiarkan anak merasakan konsekuensi dari keputusannya. Banyak orang tua berusaha melin dungi anak dari ketidaknyamanan konse kuensi ulah sang anak. Kelak anak akan bertanggung jawab atas keluarganya sendiri.

Dengan keterampilan itu, Elly berpendapat orang tua bisa melepas anak menuju kehi dupan berkeluarga. Kapan pun. ed: nina chairani

Lihat Adversity Quotient-nya …

Adversity quotient (AQ) adalah kecerdasan untuk bertahan dan mengatasi setiap kesulitan hidup lewat perjuangan. AQ menunjukkan kadar kemampuan orang mengatasi kemelut tanpa menjadi putus asa.

Adalah orang tua, menurut Elly Risman, yang bertanggung jawab di balik rendahnya AQ anak. Bagaimana tidak? Anak selalu dimanjakan, diantar-jemput, dibebaskan dari berbagai tugas agar berkonsentrasi pada pendidikan akademik semata.

Sementara ayah bundanya terlalu sibuk mencari uang untuk membiayai seluruh kebutuhan si buah hati. Tidak pernah hadir secara emosional dan spiritual bagi sang anak. ‘’Kapan punya AQ? Anak seperti itu tidak akan menjadi tangguh,’’ katanya.

Anak seperti, Elly mengibaratkannya dengan laron, mudah diterbangkan ke manamana. Ia akan mudah terpengaruh lingkungannya yang buruk. Tak tangguh menghadapi godaan narkoba, pornografi, materialisme, dan lain-lain.

AQ ini diperlukan anak saat membina keluarga. Apabila bila AQ-nya rendah, ia akan mudah menyerah saat menghadapi masalah dalam keluarga. Mereka dengan mudah melepas perkawinannya. ed: nina chairani

Sindrom Peter Pan Vs Cinderella Complex

Sayang anak, ayah bunda melimpahinya dengan kenyamanan. Ayah bunda, pengasuh selalu siap sedia membantunya. Anak cukup berkonsentrasi untuk sekolah. ''Anak harus sukses jadi master, berpenghasilan besar,'' kata psikolog Elly Risman dari Yayasan Kita dan Buah Hati.
Anak tak pernah belajar keterampilan hidup sehari-hari. Di saat dewasa, ia hanya menjadi manusia akademis yang sukses, tapi tak berkesempatan tumbuh menjadi sosok berkepribadian matang seperti dua karakter berikut.

Sindrom Peter Pan
- terbiasa hidup nyaman, tanpa beban
- tidak suka bekerja keras
- suka kegiatan yang banyak bermain
- tidak pernah bertanggung jawab
- tidak ingin menjadi dewasa/mandiri
- tidak berani mengambil keputusan dan menanggung risiko
- kurang percaya diri
- tergantung pada orang lain
- suka melawan
- pemberontak
- sulit berkomitmen
- mudah marah jika keinginannya tak terpenuhi
- tak bisa menerima kritikan
- mudah sakit hati
- cinta diri sendiri secara berlebihan
- senang memanipulasi

Cinderella Complex
Sebuah ketakutan tersembunyi pada perempuan untuk mandiri karena
- terbiasa hidup susah dan menderita sehingga yang ada dalam pikiran mereka adalah keinginan untuk selalu diselamatkan, dilindungi, dan disayang oleh ‘sang pangeran’.
- selalu dimanjakan oleh ayah sehingga mendambakan suami seperti sosok ayahnya.

Yang mereka takutkan dalam pernikahan
- mertua
- karakter pasangan
- kehidupan ekonomi
- tidak mampu menyesuaikan dengan pasangan
- tidak bisa mendidik anak
- pasangan tidak punya qawwam(kepemimpinan).(Republika Online)

1 comment:

  1. blog anda bagus>>>
    saya ajungi jempol!!!!

    dan saya hanya sekedar mampir ya sekalian blogwalking!!!

    jika berniat liat blog saya kunjungin balik jja!!!!

    ReplyDelete

Silahkan isi kolom komentar Anda dibawah