Tes IQ, Apa Perlunya? - Na-Ra »»Blog Nabila Rahma ««

Breaking

BANNER 728X90

01 May 2011

Tes IQ, Apa Perlunya?

IQ bukan harga mati prediksi kesuksesan masa depan anak.
Menjelang kenaikan kelas, banyak sekolah menggelar tes inteligensia secara massal. Psikolog Dr Endang Widyorini PhD mengatakan, tes massal asal dilaksanakan secara memadai juga bagus. “Kelemahannya, bila pemusatan perhatian anak kurang baik, ia tidak akan optimal mengerjakan. Selain itu, hasil tes inteligensi yang diungkap lebih terbatas.”

Lalu, kapan seorang anak perlu dibawa ke psikolog untuk tes IQ secara khusus? Lakukan itu bila ada masalah belajar atau problem perkembangan pada anak. “Tes IQ juga dapat ditempuh anak saat ia berusia enam tahun untuk sekadar mengetahui potensi berpikir anak,” tutur dosen Fakultas Psikologi Universitas Soegija pranata, Semarang itu.

Yanti Herawati ke psikolog karena penasaran dengan lompatan perkembangan ketiga buah hatinya. Ia ingin mendapat penjelasan yang cepat atas fenomena tersebut. “Saya juga berharap dapat mengetahui pro fil wawasan, memori, dan verbal mereka,” kata ibu yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat ini.
Semasa kecil, Nanda (13 tahun) kerap ber tanya dengan kritis hal-hal yang anak seusianya belum perbincangkan. Kebiasaan itu membuat Yanti tersurut. “Saya tertekan, takut tidak bisa menjawabnya, lalu meredam agar Nanda normal seperti anak lainnya.”

Dengan tes IQ Weschler, Nanda terungkap memiliki IQ di atas 140 atau very superior. Tes yang sama memperlihatkan emosi Nanda tidak bagus. “Sekarang saya mengakomodasi ketertarikannya di bidang ilmu biologi dan ilmu komputer.”

Sedangkan, Izzan (8) juga IQ-nya di atas 140. Namun, motivasi internalnya kurang. “Di salah satu psikolog yang kami datangi di daerah Jakarta Utara, Izzan malah dibilang anak indigo, anak kristal (crystal child),” kenang Yanti.

Lantas, si bungsu Fadhil (6) tes IQ-nya memperlihatkan tingkat inteligensia di atas rata-rata. Saat tes, psikolog di Bandung itu juga memperhatikan perilaku Fadhil yang sewaktu itu baru berusia lima tahun. “Kenyataan dia visual mirror tidak terdeteksi oleh psikolog sebelumnya,” ujar Yanti.

Memang, tidak mudah untuk mendapatkan gambaran profil anak yang sempurna dari tes IQ. Selain faktor kecakapan penguji, ada kalanya ketika dites mood anak sedang berantakan. Anak mungkin bisa saja mengunci mulut ketika diminta menjelaskan pertanyaan sederhana. Padahal, di keseharian gamblang ia jawab.

Ketika kondisi anak sudah tidak mendukung, Endang menganjurkan agar tes dihentikan. Teruskan saat anak telah kembali prima. “Tak perlu dipaksakan ia menjawab saat itu juga.”

Melacak gangguan perkembangan
Tes IQ juga dapat menunjukkan profil gangguan perkembangan anak. Masalah pada area komunikasi dan emosi juga bisa terlihat. ‘’Silakan lakukan tes IQ secara berkala untuk anak yang mengalami gangguan perkembangan,’’ ucap Endang.

Pada anak dengan gangguan perkembang an, skor IQ bisa naik. Misalnya pada anak penyandang attention deficit disorder (ADD)/attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), learning difficulty (LD). “Setelah diterapi, tentunya ia akan lebih mudah memahami pertanyaan dan menjawabnya,” ungkap Endang.

Sejumlah orang tua mendapati anaknya jenius namun tidak berprestasi. Mengapa itu bisa terjadi? Hasil tes tentu hanya mengungkap potensi. “Sedangkan, aktualisasinya bergantung pada faktor eksternal, antara lain keluarga, sekolah, serta fasillitas, dan internal anak, yaitu emosi, motivasi, dan gangguan belajar,” tutur Endang.

Memilih psikolog
Seperti shopping! Itulah kesan Yanti Herawati ketika hendak memilih biro psikologi tempat anak-anaknya akan menjalani tes IQ. “Dalam dua tahun, sudah empat psikolog saya sambangi untuk psikotes Nanda, Izzan, dan Fadhil,” ungkapnya.

Untuk memilih biro psikologi tersebut, Yan ti meminta rekomendasi dari temantemannya. temantemannya. Ke Jakarta pun tak masalah baginya. “Jakarta masih dekat lah dengan tempat tinggal kami di Bandung,” komentarnya.

Yanti menilai biro psikologi pilihannya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Hasil tes IQ putra-putrinya memang kurang lebih sama di keempat biro psi kologi. “Yang berbeda, label untuk tiap anak.”

Seperti apa biro psikologi yang bagus? Psikolognya tentu harus komunikatif saat memandu anak mengerjakan soal dan menjawab pertanyaan. “Lantas, pelaporannya juga mesti terstruktur, ada detail penjelasan per aspek psikologis anak, juga ada skor verbal dan performance yang bisa kita lihat,” urai Yanti.

Kendati telah berkonsultasi dengan empat psikolog, Yanti belum juga menemukan jawaban memuaskan tentang Izzan. Jomplangnya IQ-nya dengan kematangan emosi Izzan membuatnya mencari tahu kemungkinan lain dari indigo. ‘’Setelah mempelajari ciri perkembangan Izzan, membaca literatur di internet, dan berdiskusi dengan pakarnya, saya pikir mungkin Izzan termasuk gifted-disinkroni yakni anak cerdas berbakat yang mengalami disinkronitas perkembangan.’’n ed: nina chairani

Sekilas tentang IQ
IQmerupakan singkatan dari intelligence quotient. Skornya menunjukkan seberapa ‘cerdas’ seseorang dibandingkan orang lain. Skor IQ juga mengindikasikan potensi seseorang.
- IQ rata-rata skornya 100.
- IQ di atas 100 tingkat intelektualnya dikategorikan di atas rata-rata.
- Skor di bawah 100 menunjukkan tingkat intelektualitas di bawah rata-rata.
Separuh populasi memiliki IQ antara 90
sampai dengan 110.

Inilah yang Bisa Terungkap...
Ada banyak alat tes inteligensia. Tidak semua faktor bisa terungkap dari suatu alat tes. Sejumlah alat tes tersedia untuk mengungkap sejumlah aspek kecerdasan sebagai berikut:

1. Inteligensi umum
2. Kemampuan bahasa (bahasa reseptif) dan (bahasa ekspresif)
3. Kemampuan berhitung
4. Kemampuan abstraksi
5. Kemampuan visual
6. Pemusatan perhatian
7. Daya tangkap
8. Daya Ingat (jangka panjang dan jangka pendek)
9. Logika berpikir
10. Koordinasi visual motorik (motorik halus)
11. Problem solvingsehari-hari.

Jenis Tes IQ Umum Digunakan di Indonesia
- The Stanford Binet Intelligence Test bisa dipergunakan untuk menguji IQ dan kemampuan kognitif anak dan dewasa usia dua sampai 23 tahun. Tes ini menilai empat area, yaitu verbal reasoning, quantitative reasoning, abstract, visual reasoning, dan kemahiran ingatan jangka pendek.

- Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) merupakan tes inte ligensia untuk anak usia enam sampai 16 tahun dan dapat ditempuh tanpa harus membaca dan menulis. Butuh waktu 65 sampai 80 menit untuk melaksanakan dan menghasilkan penelusuran skor IQ.
IQ anak dapat berbeda 15 poin dengan alat tes yang berbeda.(Republika Online)

1 comment:

Silahkan isi kolom komentar Anda dibawah