Jangan Pernah Membentak Anak-anak - Na-Ra »»Blog Nabila Rahma ««

Breaking

BANNER 728X90

23 November 2017

Jangan Pernah Membentak Anak-anak

Dulu Aku Sering "Bentak-bentak Anakku", Tapi Setelah Membaca "Kalimat yang Satu Ini", Hatiku Langsung Sakit Bagai Ditusuk Jarum Bertubi-tubi!!

Kalau kamu punya anak atau kelak mau punya anak, bacalah sebelum menyesal sepertiku!

Menjadi orang tua itu tidak mudah. Kadang kita merasa capek, tapi anak terus bertingkah, membuat kita pun jadi emosi. Ucapan kita jadi kasar dan membentak anak. Tapi, apakah orang tua sekalian sadar? Ketika kita memarahi anak, bukan cuma kita yang sakit, tapi juga anak kita?

Di Jerman, terbit sebuah buku anak berjudul "Shrill Mother" yang menceritakan kisah seekor ibu penguin yang sering memarahi dan membentak-bentak anaknya. Buku ini mendapat penghargaan tertinggi sastra di Jerman dan telah dibaca lebih dari seratus juta kali.

Begini ceritanya:

Pagi ini, ibuku tiba-tiba kehilangan kesabarannya. Dia berteriak marah padaku!

Akibat dimarahi olehnya, Aku terkejut takut sampai seluruh tubuhku mental terbang...

Otakku mental ke alam semesta.

Perutku mental ke laut.

Sayapku jatuh ke hutan.

Mulutku terdampar di pegunungan.

Ekorku? Tertinggal di jalan seperti anak kehilangan...

Aku tinggal sisa sepasang kaki, hanya bisa berlari dan berlari ...

Aku ingin berteriak, tapi tidak ada mulut. Aku ingin mencari, tapi tidak ada mata. Aku ingin terbang tapi tidak ada sayap.

Aku terus lari dan berlari, tidak tahu harus ke mana

Saat ini, sebuah bayangan besar menutupiku.

Ternyata itu adalah ibu! Ia datang mencariku!

Dia telah mengumpulkan semua bagian-bagian tubuhku yang hilang dan membantuku menjahitnya kembali.

"Maafkan ibu..", kata ibu kepadaku. Setelah itu, kita berlayar pulang ke rumah.

Cerita ini membuatku tersadar akan sesuatu yang sangat penting.

Aku ingat beberapa hari yang lalu, anakku berkata kepadaku, "Bu, nanti kalau punya adik, saya akan berbicara baik-baik dengan mereka, tidak akan seperti ibu, marah-marah, keras-keras!"

Kadang, gara-gara aku marahi, anakku menangis dan berkata, "Ibu bisa lembut dikit gak?"

Sebenarnya, aku sudah lama berusaha untuk mengontrol dan mengintrospeksi diri, tapi aku sendiri pun tumbuh besar di keluarga yang selalu bentak-bentak, tidak pernah ngomong baik-baik. Nenekku suka marah-marah, ayahku juga suka marah-marah, jadi otomatis sifatku juga sama seperti mereka.

Baru kemudian aku sadar betapa besar pengaruh keluarga terhadap anak. Kalau orang tua selalu menumpahkan emosi pada anak, menggunakan nada bicara yang kasar dan memarahi anak, anak-anak akan mengira seperti inilah cara yang "normal" orang-orang dalam berkomunikasi.

Tapi aku juga sadar, seringkali karena aku menggunakan nada suara yang salah, aku jadi menyinggung perasaan orang lain dan sering disalahpahami oleh orang lain. Sekalipun maksudku adalah baik, tapi yang orang lain "tangkap" bukanlah seperti itu.

Sampai suatu hari, nada bicara anakku jadi sama persis sepertiku, aku sadar bahwa aku harus berubah. Aku berpesan pada anakku, "Kalau ibu bentak kamu lagi, suruh ibu lembut dikit ya." Meski proses perubahan ini menyakitkan, tapi perlahan aku merasa akan suasana di rumah jauh lebih baik, suasana hati suami dan anak-anak juga jauh lebih baik.

Cuma dengan mengendalikan emosi kita, kita bisa memberitahu anak: berbicara dengan suara keras tidak dapat memecahkan masalah, marah-marah tidak dapat memecahkan masalah. Sebaliknya, kalau kita sabar dan ngomong baik-baik, sebenarnya kita bisa menyelesaikan masalah dengan baik.

Mudah-mudahan setiap orang tua tahu seberapa besar dampak yang kita berikan terhadap anak-anak kita saat kita marah. Seperti penguin kecil dalam buku gambar, merasa takut dengan raungan ibu, seluruh tubuhnya robek. Fisik dan kejiwaannya berantakan, kehilangan arah, tidak ada tempat untuk bersandar. Anak akan sangat ketakutan, tak berdaya, kebingungan, seakan dunia ini mau hancur. Dalam jangka panjang, anak-anak akan meniru pola bicara kita ketika bergaul dengan orang lain, begitu juga ketika mereka dewasa bergaul dengan kekasih dan anak-anak mereka, juga dengan cara seperti ini, karena itu itu satu-satunya cara yang ia tahu sejak kecil.

Tentu saja, tidak ada orang yang sempurna. Kadang kita juga bisa khilaf, capek, dan sontak berbicara dengan nada marah-marah, tapi ingat, setelah itu, mintalah maaf pada anak karena papa dan mama sudah berbicara keras-keras padamu, bukan karena papa mama tidak sayang padamu, tapi karena ada asalan A atau B dan ngomong baik-baik sama mereka.

Terakhir, yang terpenting, belajarlah mengontrol emosi. Jangan biarkan emosi menjadi sesuatu yang "normal" dalam berinteraksi dengan anak. Ketika kecil anak dibentak, nanti sudah besar, jangan salahkan anak apabila mereka memperlakukanmu dengan cara yang sama! Semoga ini menjadi sebuah pelajaran yang berharga bagi semua orang tua!

Sumber:www.cerpen.co.id

No comments:

Post a Comment

Silahkan isi kolom komentar Anda dibawah